ANEURISMA
1.
KONSEP DASAR PENYAKIT
Pengertian
-
Aneurisma adalah dilatasi local
dari dinding arteri pada titik yang melemah, aorta (torakal dan abdominal) dan
arteri serebral.
-
Kantung dilatasi local yang
menyerang arteri, bantuk aneurisma yang paling sering adalah aneurisma yang
berbentuk kantong (saccular) / fisiform.
Etiologi
Penyebab utamanya adalah
arterosklerosis. Penyebab lainnya adalah trauma dinding arteri, infeksi, defek
kongerit, dan dinding arteri.
Tanpa memandang adanya patogenesis,
lapisan otot medialis dari arteri menajdi lemah dan menimbulkan pemekaran dalam
(intima) dan lapisan luar (adventitia). Tekanan darah di dalam pembuluh terus
memperlemah dinding dan memperbesar aneurisma.
Klasifikasi
Aneurisma dibagi menurut bentuk dan pengaruhnya, yaitu:
a.
Aneurisma Torakalis
85% disebabkan aterosklerosis.
Sekitar 1/ 3 pasien dengan aneurisma ini meninggal karena rupture aneurisma.
Aneurisma di dalam torak dapat terjadi pada bagian desenden, asenden /
tranfersum dari aorta. Orang hipertensi yang berumur 50 tahun dan 70 tahun
merupakan subyek dari panyakit ini. Aneurisma pada aorta desenden bentuknya
fisiformis dan dimulai tepat pada distal dari arteria subklavia. Pasien yang
menderita aneurisma jenis in biasanya asimtomastis.
Gejala nyeri berhubungan dengan aneurisma
pada aorta desenden. Jarang terjadi aneurisma pada bagian transversum / arcus
aorta. Gejala dari aneurisma jenis ini berhubungan dengan terjadinya tekanan
struktur yang ada di seputarnya, seperti pulmonem dan laring.
b.
Aneurisma Aorta Abdominalis
Prognosis pasoen dengan aneurisma
aorta abdominalis tidak hanya tergantung kepada besarnya arteri yagn terserang,
tetapi yang lebih utama adalah tergantung kepada penyakit artherosklerosis
jantung. Kebanyakan terjadi di atas, bipurcatio iliaka di bawah arteri renalis.
c.
Aneurisma Diseksi
Pada aorta yang mengalami penyakit
arterosklerosis, dapat terjadi robekan pada intima / media mengalami degenerasi
akibatnya diseksi.
Tanda dan Gejala
Sebagian besar pasien asimtomatis tetapi ada beberapa
kasus muncul dengan tanda-tanda sebagai berikut:
-
Dispnea dan batuk
-
Nyeri dada menyebar ke punggung
-
Suara serak
-
Disfagia
-
Pupil tak sama
-
Takikardia
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Radiologi
Temuan radiografi menunjukkan
pelebaran di aorta.
b.
Angiografi
Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui
apakah terjadi kebocoran, pelebaran / robekan. Aourtogram dilaksanakan dengan
memasukkan kateter ke dalam arteri femoral, brachial / axilaris. Pemicu akan
merasakan panas yang membakar bila dimasukkan zat kontras per injeksi. Setelah
dimasukkan zat kontras serangkaian radiogram dilaksanakan silih berganti untuk
kepentingan penelusuran studi.
c.
Sonografi
Ultrasonografi juga penting dalam
menentukan bentuk dan lokasi aneurisma. Salep konduktor dioleskan pada kulit
agar memperkuat fibrasi denyut suara arus dan hembusan sehingga dapat
dideteksi, karene prosedur tidak infasif.
Penatalaksanaan
a.
Fakmakoterapi
-
Antihipertensif
Misalnya: Labertol, nitroprusid
-
Propanolol (inderal) untuk
menurunkan kontrkatilitas jantung
b.
Pembadahan bila terapi obat
gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma / pasien menunjukkan gejala distress
akut.
Pembedahan meliputi: eksisi dan pengangkatan aneurisma
dan penggantian dengan graft sintetik untuk memperbaiki kontinuitas vaskuler.
c.
Perawatan pra operasi dan pasca
operasi
Prognosa
a.
Tergantung kepada besarnya
arteri yang terserang, tetapi yang lebih utama adalah tergantung kepada
penyakit arterosklerosis.
b.
Lebih dari setengan jumlah
mereka yang menderita aneurisma tidak diobati meninggal 2 tahun setelah
didiagnosa dan 85% meninggal setelah 5 tahun.
Patofisiologi
Narasi
Aneurisma adalah pembesaran arteri
yang difus pada suatu lokasi. Terjadi sekunder dari berbagai proses penyakit
walaupun arterosklerosis merupakan etiologi yang utama. Lapisan atas medialis
dari arteri menjadi lemah dan menimbulkan pemekaran lapisan dalam (intima) dan
lapisan luar (adventitia). Tekanan darah di dalam pembuluh terus memperlemah
dinding dan memperbesar aneurisma.
Besarnya kerusakan arteri dan
simtomatologi klinis bervariasi menurut jenisnya, penyebarannya dan lokasi
aneurisma. Aneurisma diklasikasikan berdasarkan bentuk dan pengaruh selanjutnya
dari arteri yang terkena. Aneurisma bentuk fisiformis di seputar pembuluh.
Berbeda dengan aneurisma saccular, aneurisma bentuk ini nampak seperti kantong
yang unilateral / arteri menggelembung ke satu sisi. Aneurisma yang membentuk
cerah berkembang dari yang robek pada dinding intima dari dinding media yang
terkena. Yagn ini terjadi jarang, menjadi temapat terkumpulnya darah diantara
lapisan pembuluh. Walaupun bentuk aneurisma ini bisa timbul pada pembuluh
arteri yang lain, tempat yang paling sering adalah Aorta.
2.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
a.
Aktivitas / istirahat
Gejala:
-
Keletihan, kelemahan, malaise
-
Ketidak mampuan melakukan
aktifitas sehari-hari karean sulit bernafas (dispnea).
Tanda: keletihan, cemas, kelemahan umum.
b.
Makanan / minuman
Gejala:
-
Anoreksia
-
Disfagia
-
Ketidak mampuan untuk menelan
Tanda: penurunan berat badan dan berkeringat.
c.
Pernafasan
Gejala:
-
Dispnea
-
Batuk
Tanda: pernafasan lambat dan dalam
d.
Keamanan
Gejala: adanya atau berulang infeksi
e.
Seksualitas
Gejala: penurunan libido
Tanda: nyeri
f.
Hygiene
Gejala:
-
Penurunan kemampuan atau
peningkatan kebutuhan
-
Bantuan melakukan aktifitas
sehari – hari.
Tanda: kebersihan buruk.
g.
Sirkulasi
Tanda:
-
Peningkatan tekanan darah
-
Peningkatan frekuensi jantung /
takikardia
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan aneurisma aorta
Tujuan: setelah dilakukan
intervensi, persepsi subyektif terhadap nyeri menurun bahkan hilang.
Criteria: menyetakan penurunan
inklusif nyeri, ekspresi wajah rileks.
b.
Ketidak efektifan pola
pernafasan berhubungan perdarahan aktif.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi
pasien dapat bernaas secara normal.
Kriteria:
-
Pasien bernafas normal
-
Tidak ada pernafasan cuping
hidung
-
Tidak merasa sesak
-
Frekuensi pernafasan normal: 12
– 20 x / menit.
Intervensi
a.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan aneurisma aorta.
-
Berikan analgetik yang diresepkan
dan evaluasi keefektifannya, namun gunakan analgetik narkotik secara hemat
Rasional: analgetik
memblok rasa nyeri, dosisi besar narkotik dapat menurunkan gejala-gejala.
-
Beritahu kepada dokter bila
nyeri semakin memburuk
-
Berikan teknik relaksasi dan
distraksi
Rasional: tindakan ini
dapat membantu analgetik dalam bekerja dengan memblok jaras nyeri.
b.
Tidak efektifnya jalan nafas
berhubungan dengan perdarahan pada aneurisma torakal.
-
Berikan oksigen sesuai program
Rasional: mempertahankan
oksigen arteri
-
Posisi pasien semi fowler
Rasional: meningkatkan
pengembangan paru
-
Bantu dalam terapi inhalasi
Rasional: membantu
mengeluarkan sekret
-
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi obat atau terapi medis yang lainnya.
Rasional: untuk
meningkatkan pernafasan
-
Monitor jumlah pernafasan,
penggunaan otot Bantu pernafasan, bunyi paru, TTV, warna kulit, dan AGD.
Rasional: mengetahui
status pernafasan.
3.
LITERATUR
Long. Barbara C. 1996. Perawatan
Medikal Bedaj (suatu pendekatan proses keperawatan) 2. Bandung: Yayasan
IAPK.
Suddart, Brunner. Keperawatan
Medikal Bedah Vol 1, 2. Jakarta: EGC.
Swearingen. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Engran, Barbara. 1998. Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar