Desember 01, 2012

Askep ANEURISMA



ANEURISMA

1.      KONSEP DASAR PENYAKIT

            Pengertian
-          Aneurisma adalah dilatasi local dari dinding arteri pada titik yang melemah, aorta (torakal dan abdominal) dan arteri serebral.
-          Kantung dilatasi local yang menyerang arteri, bantuk aneurisma yang paling sering adalah aneurisma yang berbentuk kantong (saccular) / fisiform.

            Etiologi
Penyebab utamanya adalah arterosklerosis. Penyebab lainnya adalah trauma dinding arteri, infeksi, defek kongerit, dan dinding arteri.
Tanpa memandang adanya patogenesis, lapisan otot medialis dari arteri menajdi lemah dan menimbulkan pemekaran dalam (intima) dan lapisan luar (adventitia). Tekanan darah di dalam pembuluh terus memperlemah dinding dan memperbesar aneurisma.

            Klasifikasi
Aneurisma dibagi menurut bentuk dan pengaruhnya, yaitu:
a.       Aneurisma Torakalis
85% disebabkan aterosklerosis. Sekitar 1/ 3 pasien dengan aneurisma ini meninggal karena rupture aneurisma. Aneurisma di dalam torak dapat terjadi pada bagian desenden, asenden / tranfersum dari aorta. Orang hipertensi yang berumur 50 tahun dan 70 tahun merupakan subyek dari panyakit ini. Aneurisma pada aorta desenden bentuknya fisiformis dan dimulai tepat pada distal dari arteria subklavia. Pasien yang menderita aneurisma jenis in biasanya asimtomastis.
Gejala nyeri berhubungan dengan aneurisma pada aorta desenden. Jarang terjadi aneurisma pada bagian transversum / arcus aorta. Gejala dari aneurisma jenis ini berhubungan dengan terjadinya tekanan struktur yang ada di seputarnya, seperti pulmonem dan laring.
b.      Aneurisma Aorta Abdominalis
Prognosis pasoen dengan aneurisma aorta abdominalis tidak hanya tergantung kepada besarnya arteri yagn terserang, tetapi yang lebih utama adalah tergantung kepada penyakit artherosklerosis jantung. Kebanyakan terjadi di atas, bipurcatio iliaka di bawah arteri renalis.
c.       Aneurisma Diseksi
Pada aorta yang mengalami penyakit arterosklerosis, dapat terjadi robekan pada intima / media mengalami degenerasi akibatnya diseksi.

            Tanda dan Gejala
Sebagian besar pasien asimtomatis tetapi ada beberapa kasus muncul dengan tanda-tanda sebagai berikut:
-          Dispnea dan batuk
-          Nyeri dada menyebar ke punggung
-          Suara serak
-          Disfagia
-          Pupil tak sama
-          Takikardia

            Pemeriksaan Diagnostik
a.       Radiologi
Temuan radiografi menunjukkan pelebaran di aorta.
b.      Angiografi
Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui apakah terjadi kebocoran, pelebaran / robekan. Aourtogram dilaksanakan dengan memasukkan kateter ke dalam arteri femoral, brachial / axilaris. Pemicu akan merasakan panas yang membakar bila dimasukkan zat kontras per injeksi. Setelah dimasukkan zat kontras serangkaian radiogram dilaksanakan silih berganti untuk kepentingan penelusuran studi.
c.       Sonografi
Ultrasonografi juga penting dalam menentukan bentuk dan lokasi aneurisma. Salep konduktor dioleskan pada kulit agar memperkuat fibrasi denyut suara arus dan hembusan sehingga dapat dideteksi, karene prosedur tidak infasif.

            Penatalaksanaan
a.       Fakmakoterapi
-          Antihipertensif
Misalnya: Labertol, nitroprusid
-          Propanolol (inderal) untuk menurunkan kontrkatilitas jantung
b.      Pembadahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma / pasien menunjukkan gejala distress akut.
Pembedahan meliputi: eksisi dan pengangkatan aneurisma dan penggantian dengan graft sintetik untuk memperbaiki kontinuitas vaskuler.
c.       Perawatan pra operasi dan pasca operasi

            Prognosa
a.       Tergantung kepada besarnya arteri yang terserang, tetapi yang lebih utama adalah tergantung kepada penyakit arterosklerosis.
b.      Lebih dari setengan jumlah mereka yang menderita aneurisma tidak diobati meninggal 2 tahun setelah didiagnosa dan 85% meninggal setelah 5 tahun.

            Patofisiologi
                        Narasi
Aneurisma adalah pembesaran arteri yang difus pada suatu lokasi. Terjadi sekunder dari berbagai proses penyakit walaupun arterosklerosis merupakan etiologi yang utama. Lapisan atas medialis dari arteri menjadi lemah dan menimbulkan pemekaran lapisan dalam (intima) dan lapisan luar (adventitia). Tekanan darah di dalam pembuluh terus memperlemah dinding dan memperbesar aneurisma.
Besarnya kerusakan arteri dan simtomatologi klinis bervariasi menurut jenisnya, penyebarannya dan lokasi aneurisma. Aneurisma diklasikasikan berdasarkan bentuk dan pengaruh selanjutnya dari arteri yang terkena. Aneurisma bentuk fisiformis di seputar pembuluh. Berbeda dengan aneurisma saccular, aneurisma bentuk ini nampak seperti kantong yang unilateral / arteri menggelembung ke satu sisi. Aneurisma yang membentuk cerah berkembang dari yang robek pada dinding intima dari dinding media yang terkena. Yagn ini terjadi jarang, menjadi temapat terkumpulnya darah diantara lapisan pembuluh. Walaupun bentuk aneurisma ini bisa timbul pada pembuluh arteri yang lain, tempat yang paling sering adalah Aorta.

         
2.      KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
            Pengkajian
a.       Aktivitas / istirahat
Gejala:
-          Keletihan, kelemahan, malaise
-          Ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari karean sulit bernafas (dispnea).
Tanda: keletihan, cemas, kelemahan umum.
b.      Makanan / minuman
Gejala:
-          Anoreksia
-          Disfagia
-          Ketidak mampuan untuk menelan
Tanda: penurunan berat badan dan berkeringat.
c.       Pernafasan
Gejala:
-          Dispnea
-          Batuk
Tanda: pernafasan lambat dan dalam
d.      Keamanan
Gejala: adanya atau berulang infeksi
e.       Seksualitas
Gejala: penurunan libido
Tanda: nyeri
f.       Hygiene
Gejala:
-          Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan
-          Bantuan melakukan aktifitas sehari – hari.

Tanda: kebersihan buruk.
g.      Sirkulasi
Tanda:
-          Peningkatan tekanan darah
-          Peningkatan frekuensi jantung / takikardia

            Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta
Tujuan: setelah dilakukan intervensi, persepsi subyektif terhadap nyeri menurun bahkan hilang.
Criteria: menyetakan penurunan inklusif nyeri, ekspresi wajah rileks.
b.      Ketidak efektifan pola pernafasan berhubungan perdarahan aktif.
Tujuan: setelah dilakukan intervensi pasien dapat bernaas secara normal.
Kriteria:
-          Pasien bernafas normal
-          Tidak ada pernafasan cuping hidung
-          Tidak merasa sesak
-          Frekuensi pernafasan normal: 12 – 20 x / menit.

            Intervensi
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta.
-          Berikan analgetik yang diresepkan dan evaluasi keefektifannya, namun gunakan analgetik narkotik secara hemat
Rasional: analgetik memblok rasa nyeri, dosisi besar narkotik dapat menurunkan gejala-gejala.
-          Beritahu kepada dokter bila nyeri semakin memburuk
-          Berikan teknik relaksasi dan distraksi
Rasional: tindakan ini dapat membantu analgetik dalam bekerja dengan memblok jaras nyeri.


b.      Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan perdarahan pada aneurisma torakal.
-          Berikan oksigen sesuai program
Rasional: mempertahankan oksigen arteri
-          Posisi pasien semi fowler
Rasional: meningkatkan pengembangan paru
-          Bantu dalam terapi inhalasi
Rasional: membantu mengeluarkan sekret
-          Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat atau terapi medis yang lainnya.
Rasional: untuk meningkatkan pernafasan
-          Monitor jumlah pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan, bunyi paru, TTV, warna kulit, dan AGD.
Rasional: mengetahui status pernafasan.

3.      LITERATUR
Long. Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedaj (suatu pendekatan proses keperawatan) 2. Bandung: Yayasan IAPK.
Suddart, Brunner. Keperawatan Medikal Bedah Vol 1, 2. Jakarta: EGC.
Swearingen. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Engran, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar