PENGAMATAN
HASIL PENANGANAN EVAKUASI HEMOTHORAK antara WSD dan CSD di RSUD XXX
Bambang
Sujatmiko
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
JL.
TRUNOJOYO NO.16 TELP./FAX. (0341) 397644
KEPANJEN –
MALANG
Abstract
Hemotoraks is the accumulation of blood in the cavity
intrapleura, namely between the visceral pleura
and parietal pleura.
Pleural fluid hemoglobin
concentration> 0.5 peripheral
blood hemoglobin concentration, hematocrit>
0.5 hematocrit levels.
Treatment with thoracic catheters.
Bleeding may come from the systematic veins and pulmonary veins, and the most common trauma bleeding from intercostal arteries and the internal mammary artery. Accumulation of blood in the cavity intrapleura often found in patients with thoracic trauma, either due to sharp trauma or blunt trauma to the thorax. Collection of blood in the thoracic cavity will suppress lung ventilation thereby disrupting the result of hypoxia. Combined hypovolemia and hypoxia will lead to death. Response to the mounting tube hemotoraks torakostomi with WSD (Water Seal Drainage) or CSD (Continaus Suction Drainage) for evacuation of blood is an act of saving lives of patients if there is residual blood will lead to the development of complications of pulmonary disorders, chronic atelectasis, pneumonia and empyema
Bleeding may come from the systematic veins and pulmonary veins, and the most common trauma bleeding from intercostal arteries and the internal mammary artery. Accumulation of blood in the cavity intrapleura often found in patients with thoracic trauma, either due to sharp trauma or blunt trauma to the thorax. Collection of blood in the thoracic cavity will suppress lung ventilation thereby disrupting the result of hypoxia. Combined hypovolemia and hypoxia will lead to death. Response to the mounting tube hemotoraks torakostomi with WSD (Water Seal Drainage) or CSD (Continaus Suction Drainage) for evacuation of blood is an act of saving lives of patients if there is residual blood will lead to the development of complications of pulmonary disorders, chronic atelectasis, pneumonia and empyema
Abstrak
Hemotoraks adalah akumulasi darah pada rongga
intrapleura, yaitu antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Kadar Hb
cairan pleura > 0,5 kadar Hb darah tepi, Hematokrit > 0,5 kadar
Hematokrit. Terapi dengan pemasangan kateter
thoraks.
Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah
sistematik maupun pembuluh darah paru, dan pada trauma yang tersering
perdarahan berasal dari arteri interkostalis dan arteri mammaria interna.
Akumulasi darah pada rongga intrapleura sering ditemukan pada penderita trauma
toraks, baik oleh karena trauma tajam maupun pada trauma tumpul toraks. Pengumpulan darah dalam rongga
toraks akan menekan paru-paru sehingga mengganggu ventilasi yang berakibat
hipoksia. Gabungan hipovolemia dan hipoksia akan menyebabkan kematian. Penanggulangan hemotoraks dengan
pemasangan tube torakostomi dengan WSD (Water seal Drainage) atau CSD (Continaus Suction Drainage) untuk evakuasi darah adalah
tindakan penyelamatan jiwa penderita Bila ada sisa darah akan menimbulkan
komplikasi gangguan pengembangan paru, kronik atelektasis, pneumoni dan
empiema.
I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang Penelitian
Penderita
hemotoraks dapat terjadi akibat trauma tumpul toraks maupun trauma tajam
toraks. Trauma tumpul toraks sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas dan
kecelakaan kerja.
Pengumpulan
darah dalam rongga toraks akan menekan paru-paru sehingga mengganggu ventilasi
yang berakibat hipoksia. Gabungan hipovolemia dan hipoksia akan menyebabkan
kematian.
Penanggulangan
hemotoraks dengan pemasangan tube torakostomi dengan WSD atau CSD untuk
evakuasi darah adalah tindakan penyelamatan jiwa penderita.
Bila ada sisa darah akan menimbulkan
komplikasi gangguan pengembangan paru, kronik atelektasis, pneumoni dan
empiema.
I.2. Perumusan Masalah
Kasus hemotoraks
akibat trauma tumpul toraks dan trauma tajam toraks cenderung meningkat.
Diperlukan penanganan segera untuk penyelamatan jiwa penderita dengan melakukan
pemasangan tube torakostomi dihubungkan dengan WSD atau CSD.
Dirumah-rumah
sakit daerah sering CSD tidak tersedia karena alat ini sangat mahal. Apakah WSD
layak dipakai dibandingkan sisa darah.
I.3. Tujuan Penelitian
Membandingkan
hasil penanganan evakuasi hemotoraks (sisa darah) antara Water Seal Drainage (WSD) dan Continous
Suction Drainage (CSD) pada penderita hemotoraks.
II.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1. Hemotoraks
Hemotoraks
adalah akumulasi darah pada rongga intrapleura. Perdarahan dapat berasal dari
pembuluh darah sistematik maupun pembuluh darah paru, dan pada trauma yang
tersering perdarahan berasal dari arteri interkostalis dan arteri mammaria
interna. Akumulasi darah pada rongga intrapleura sering ditemukan pada
penderita trauma toraks, baik oleh karena trauma tajam maupun pada trauma
tumpul toraks.
Pada orang dewasa secara teoritis
hemotoraks dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
1. Hemotoraks ringan : jumlah darah
kurang dari 400 cc.
2. Hemotoraks sedang : jumlah darah
500 sampai 2000 cc
3. Hemotoraks berat : jumlah darah
lebih dari 2000 cc
Pemeriksaan radiologis dibutuhkan
untuk menilai keadaan dari toraks serta evaluasi dari pengobatan, dan foto
dibuat sebaiknya dalam posisi tegak.
Penanggulangan
“Pada hemotoraks yang ringan hanya dilakukan tindakan
yang non invasive dan darah yang tertumpuk tersebut diharapkan akan diabsorpsi
secara perlahan dalam 10 sampai 14 hari” (Borrie J.).
Hemotoraks
sedang / berat biasanya perdarahan telah mengisi lebih dari
½ bagian hemitoraks yang bersangkutan atau ± 1000 cc, biasanya sudah terlihat adanya
gejala-gejala kekurangan darah dan gangguan pernafasan. Pada penderita ini
sebaiknya segera dilakukan tindakan torakostomi tertutup untuk mengevakuasi
darah dari rongga pleura sehingga paru-paru mengembang, dan tindakan
torakostomi tertutup tersebut juga bermanfaat untuk mengevaluasi perdarahan
dari rongga intrapleura.
Tindakan
torakostomi tertutup, transfusi darah dan pengambil alihan pernafasan dengan
menggunakan ventilator pada penderita hemotoraks yang masif adalah penting
sebagai tindakan resusitasi.
II.2 Water Seal Drainage (WSD)
Suatu sistem
drainase tertutup dari rongga intrapleura dengan botol yang berisi cairan yang
dimaksudkan untuk mengeluarkan darah, udara dan cairan dari rongga intrapleura.
II.3. Continous Suction Drainage (CSD)
Suatu sistem
drainase tertutup dari rongga intrapleura dengan pompa isap secara langsung
atau satu lagi botol tambahan dan pompa isap atau dua lagi botol tambahan dan
pompa isap.
II.4. Tehnik Torakostomi Tertutup
Penderita
dengan posisi supine, tangannya diangkat ke belakang kepala, dengan kepala
dielevasikan kira-kira 450 dari tempat tidur atau di kursi dan
bersandar di depan meja. Daerah operasi didesinfeksi dan ditutup dengan kain
steril kecuali lapangan operasi serta anasthesi local secara infiltratif
terutama kulit,periosteum, pleura, yang mana merupakan jaringan yang sensitif.
Dibuat
insisi sepanjang 2-3 cm di bawah iga pada midaksilaris. Insisi diperdalam
secara tumpul dengan menggunakan forcep arteri, secara obligue diperluas ke
pinggir atas iga V, kemudian pleura parietalis ditusuk masuk ke dalam cavum
pleura. Perluasan secara subcutaneous oblique ini mengurangi masuknya udara ke
dalam cavum pleura. Jadi dimasukkan ke dalam cavum pleura sambil menggerakkan
kesekeliling untuk memastikan itu adalah suatu rongga yang mana drain akan
diinsersikan. Dengan bantuan klem tube toraks dimasukkan melalui insisi ke
dalam rongga untrapleura ke arah cranial dan posterolateral, dapat juga tube
ini dimasukkan dengan bantuan trokar. Tube toraks difiksasi ke kulit dengan
jahitan mattras horizontal mengelilingi tube yang mudah dilepaskan. Drain dihubungkan
dengan sistem drainase yang telah ditentukan (WSD dan CSD).
III.
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Rancangan/ Lokasi Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian experimental, acak dan terbuka. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kanjuruhan Kepanjen.
III.2. Pelaksanaan Penelitian.
Populasi
dalam penelitian ini adalah penderita hemotoraks yang datang ke RSUD Kanjuruhan
Kepanjen, selama
kurun waktu Oktober 2000-April 2001.
Kriteria eksklusi: - Penderita
- Hemotoraks ringan jumlah darah
- Hemotoraks bukan oleh karena trauma tajam dan tumpul
(misalnya akibat keganasan).
Setiap
penderita hemotoraks dilakukan pemeriksaan gejala dan tanda klinis dan
pemeriksaan foto Rontgen AP/L posisi tegak. Kemudian dilakukan pemasangan tube
torakostomi dengan WSD atau CSD yang ditentukan secara acak. Setelah tiga hari
dilakukan foto Rontgen kontrol toraks AP/L, dinilai residual darah ada (+) atau
tidak (-).
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
Pengumpulan
data yang diperoleh selama periode penelitian ditemukan 44 penderita hemotoraks
dimana secara acak 22 penderita diterapi dengan WSD dan 22 penderita lagi
diterapi dengan Continous Suction Drainage (CSD). Satu dari 22 penderita yang
diterapi dengan CSD keluar dari penelitian oleh karena pindah ke rumah sakit lain.
4.1.1.Demografi Penderita
Tabel 1.
Distribusi umur dan jenis kelamin pada penderita hemotoraks
UMUR
(TAHUN)
|
JENIS
KELAMIN
|
JUMLAH
|
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
||
15-25
|
20
|
1
|
21
|
26-35
|
10
|
1
|
11
|
36-45
|
8
|
-
|
8
|
46-55
|
2
|
-
|
2
|
56-65
|
1
|
-
|
1
|
Total
|
41
|
2
|
43
|
Penderita
termuda dalam penelitian ini adalah berumur 15 tahun dan tertua berumur 64
tahun.
4.1.2. Jenis
Trauma
Tabel 2.
Jenis trauma toraks yang menyebabkan hemotoraks
JENIS
TRAUMA
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
JUMLAH
|
Kecelakaan
lalu lintas
|
14
|
2
|
16
|
Tusukan
benda tajam
|
26
|
-
|
26
|
Luka
tembak
|
1
|
-
|
1
|
Jumlah
|
41
|
2
|
43
|
Jenis trauma
yang paling banyak adalah trauma tajam sebanyak 27 penderita.
4.1.3. Penanganan
Tabel 3. Hasil
penanganan penderita hemotoraks dengan WSD menurut jenis trauma
WSD
|
KECELAKAAN
LALU
LINTAS
|
TRAUMA
TAJAM
|
LUKA
TEMBAK
|
Residual
darah (+)
|
5
|
4
|
-
|
Residual
darah (-)
|
2
|
11
|
-
|
Tabel 6
Hasil penanganan penderita hemotoraks dengan CSD menurut jenis trauma
CSD
|
KECELAKAAN
LALU
LINTAS
|
TRAUMA
TAJAM
|
LUKA
TEMBAK
|
Residual
darah (+)
|
3
|
1
|
-
|
Residual
darah (-)
|
6
|
10
|
1
|
IV.2. Pembahasan
Dari 43
penderita hemotoraks pada penelitian ini selama kurun waktu 7 bulan, kelompok
usia terbanyak adalah pada rentang umur 15 – 25 tahun sebanyak 21 penderita. Hal ini
dapat dimengerti karena mereka termasuk usia produktif yang selalu dekat dengan
trauma. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi penderita laki-laki sangat menonjol
yaitu 41 penderita dibanding dengan penderita perempuan hanya 2 penderita ,
yaitu 20 : 1. Schulpen et al (1986) mendapatkan hasil yang hampir sama, yaitu “usia terbanyak adalah berumur antara
16-25 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 4 : 1”. Mandal
(1989) mendapatkan “usia rata-rata penderita adalah 28,1
tahun, sedangkan pada penelitian ini dijumpai rata-rata usia penderita adalah
29 tahun (28,6 10,4 tahun)”.
Pada
penelitian ini penyebab hemotoraks yang paling banyak adalah trauma tajam
(tusukan benda tajam) 27 penderita seperti diperlihatkan pada tabel 2. Mandal
(1989) melaporkan “morbiditas penderita trauma tajam
toraks adalah hemotoraks 41,5 %”, sedangkan Mattox dan Wall (1996)
melaporkan “41% penderita hemotoraks”. Bila dibandingkan
dengan penelitian ini dengan hasil penelitian Mandal (1989) dan Mattox dan Wall
(1996) didapati hasil yang tidak jauh berbeda.
Mengenai
residual darah pada WSD dan CSD pada penelitian ini adanya residual darah pada
evakuasi hemotoraks dengan CSD dan WSD 12 penderita, sedangkan 31 penderita
residual darah menghilang, dengan uju statistik Chi Square hampir bermakna.
Namun kelihatan lebih berhasil dengan mempergunakan CSD daripada WSD.
Pada
penelitian ini jenis penanganan (tabel 4) menurut penelitian ini tidak
mempengaruhi akibat trauma, kecelakaan lalu lintas ataupun luka tembak dengan
penanganan WSD maupun CSD.Pada umumnya penderita trauma toraks dapat ditangani dengan prosedur dan kecakapan
sederhana pemasangan tube torakostomi dengan WSD/CSD sebagai tindakan
penyelamatan jiwa penderita.
Tabel 5
memperlihatkan 22 orang penderita hemotoraks dengan WSD lebih efektif dalam
pengosongan sisa darah akibat trauma tajam.
Umumnya
penderita hemotoraks dengan trauma tumpul disebabkan oleh patah tulang iga
ataupun dislokasi patah tulang iga yang menyucuk atau merobek jaringan paru,
sehingga rasa nyeri bila penderita bernafas mengganggu ekspansi paru untuk
mengeluarkan darah. Akan tetapi hasil penanganan penderita hemotoraks dengan
CSD (tabel 6) penderita dengan hasil tidak ada sisa darah pada trauma tajam 11
penderita. Ini berarti CSD lebih efektif dalam mengosongkan sisa darah akibat
trauma tajam maupun akibat trauma tumpul.
Oleh karena
pengosongan dilakukan dengan bantuan mesin penghisap kontiniu bertekanan
negatif, maka ekspansi paru tidak perlu dengan cara aktif (tarik nafas dalam)
tetapi dapat berlangsung secara pasif dan juga rasa nyeri pada waktu bernafas
tidak berpengaruh untuk tidak terjadinya ekspansi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Dari hasil
penelitian 43 penderita hemotoraks yang dirawat WSD dan CSD,didapat bahwa:
- Umur rata-rata penderita adalah
28,6 10,4 tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 20 : 1.
- Kelihatannya pengosongan darah
dengan bantuan CSD lebih baik daripada WSD.
- Efektifitas WSD lebih nyata
pada trauma tajam daripada trauma tumpul.
- Sementara efektifitas CSD tidak
berbeda pada trauma tajam dan trauma tumpul.
- WSD masih efektif dipakai untuk
evakuasi hemotoraks.
V.2. Saran
Perlu
dilakukan pelatihan penggunaan WSD pada calon dokter untuk dapat digunakan di
daerah terpencil.
DAFTAR PUSTAKA
Richardson DJ, Miller FB, Injuri to
the lung and Pleura in Trauma, 3rd "MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; text-indent: 42.5pt;">
Jhonstone DW Hemaghorax : Diagnosis
and Management J Trauma 1998 ; 43 : 236-43
Mattox KL, Wall M J Jr, Pickard LR.
Thoraric Trauma : General Considerations and Indications for Thoracotomy in
Trauma, 3rd ed. Apleton & Lange, Stamford Connecticut 1996 :
345-53.
Jhonstone DW Hemaghorax : Diagnosis
and Management J Trauma 1998 ; 43 : 236-43
Alexander R, Proctor HJ. Thoraric in
Advanced Trauma Life Support Course for Physicians, 5th ed. The
American College of Surgeon, Chicago 1993 : 123-38.
Salim A. Terapi Konservatif pada
Trauma Toraks. Bagian Bedah FK-UI / RSCM Jakarta 1982 : 6 – 11.
Tobing PL. Soemanto. Macam, Tehnik
dan Indikasi Drenase Toraks. Bagian Bedah FK-UI / RSCM Jakarta 1982 :6-10.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar